PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI : MASALAH POKOK PEMBANGUNAN EKONOMI DAN KARAKTERISTIK NEGARA BERKEMBANG
Rangkuman Ini Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas
Mata kuliah ‘’ DASAR-DASAR
EKONOMI MAKRO ’’
DOSEN PENGAMPU
Ika Susilawati, MM.
Disusun Oleh :
TAUFIK QURRAHMAN
NIM : 210209053
JURUSAN SYARIAH
PROGAM STUDI MUAMALAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2012
1. PEMBANGUNAN EKONOMI DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI
Pembangunan ekonomi adalah
suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan
ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional[1]. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi
apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara
tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.
Perbedaan antara keduanya adalah : pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi
juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input
pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Selanjutnya pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka
panjang. Di sini terdapat tiga elemen penting yang berkaitan dengan pembangunan
ekonomi.
§
Pembangunan sebagai
suatu proses
Pembangunan sebagai suatu proses, artinya
bahwapembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani olehsetiap
masyarakat atau bangsa. Sebagai contoh, manusia mulai lahir, tidak langsung
menjadi dewasa, tetapi untuk menjadi dewasa harus melalui tahapan-tahapan
pertumbuhan. Demikian pula, setiap bangsa harus menjalani tahap-tahap
perkembangan untuk menuju kondisi yang adil, makmur, dan sejahtera.
§
Pembangunan sebagai
suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita
Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif
yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan
perkapita. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu negara untuk
berpartisipasiaktif dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan
pendapatan perkapita mencerminkan perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
§
Peningkatan pendapatan
perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang
Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan
berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung
meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami
kenaikanterus menerus. Misalnya, suatu negara terjadi musibah bencana alam
ataupunkekacauan politik, maka mengakibatkan perekonomian negara
tersebutmengalami kemunduran. Namun, kondisi tersebut hanyalah bersifat
sementara yang terpenting bagi negara tersebut kegiatan ekonominya secara
rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah
dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaaniklim/cuaca, hasil hutan, tambang,
dan hasil laut, sangat memengaruhi pertumbuhan industri suatu
negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu, keahlian
dankewirausahaan dibutuhkan untuk
mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih
tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan keberhasilan
pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang
besar merupakan pasar potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi,
sementara kualitas penduduk menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk
mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan untuk
menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Perbedaan
Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi
§ Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka
panjang.
§ Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan.
§ Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
§ Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
§ Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan
pembangunan ekonomi
§ Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak
Pembangunan ekonomi
§ Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju
perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
§ Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
§ Memperhatikan pertambahan penduduk.
§ Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
§ Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan
ekonomi.
§ Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak
juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Dampak
Positif dan Negatif Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi yang berlangsung di suatu negara
membawa dampak, baik positif maupun negatif.
Dampak Positif Pembangunan Ekonomi
§ Melalui pembangunan ekonomi, pelaksanaan kegiatan
perekonomian akan berjalan lebih lancar dan mampu mempercepat proses
pertumbuhan ekonomi.
§ Adanya pembangunan ekonomi dimungkinkan terciptanya
lapangan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dengan demikian akan
mengurangi pengangguran.
§ Terciptanya lapangan pekerjaan akibat adanya pembangunan
ekonomi secara langsung bisa memperbaiki tingkat pendapatan nasional.
§ Melalui pembangunan ekonomi dimungkinkan adanya perubahan
struktur perekonomian dari struktur ekonomi agraris menjadi struktur ekonomi
industri, sehingga kegiatan ekonomi yang dilaksanakan oleh negara akan semakin
beragam dan dinamis.
§ Pembangunan ekonomi menuntut peningkatan kualitas SDM
sehingga dalam hal ini, dimungkinkan ilmu pengetahuan dan teknologi akan
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, akan makin meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Dampak
Negatif Pembangunan Ekonomi
§
Adanya
pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik mengakibatkan adanya
kerusakan lingkungan hidup.
§
Industrialisasi
mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian.
2. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI
A.
Teori
Historis
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
Menurut Werner Sombart pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa dapat dibagi menjadi tiga tingkatan:
a)
Masa perekonomian
tertutup
Pada masa ini, semua
kegiatan manusia hanya semata-mata untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Individu atau masyarakat bertindak sebagai produsen sekaligus konsumen sehingga
tidak terjadi pertukaran barang atau jasa. Masa pererokoniam ini memiliki
ciri-ciri:
1.
Kegiatan manusia untuk
memenuhi kebutuhan sendiri
2.
Setiap individu sebagai
produsen sekaligus sebagai konsumen
3.
Belum ada pertukaran
barang dan jasa
b)
Masa kerajinan dan
pertukangan
Pada masa ini, kebutuhan
manusia semakin meningkat, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
akibat perkembangan peradaban. Peningkatan kebutuhan tersebut tidak dapat
dipenuhi sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja yang sesuai dengan keahlian
masing-masing. Pembagian kerja ini menimbulkan pertukaran barang dan jasa.
Pertukaran barang dan jasa pada masa ini belum didasari oleh tujuan untuk
mencari keuntungan, namun semata-mata untuk saling memenuhi kebutuhan. Masa
kerajinan dan pertukangan memiliki beberapa ciri-ciri sebagai berikut:
§
Meningkatnya kebutuhan
manusia
§
Adanya pembagian tugas
sesuai dengan keahlian
§
Timbulnya pertukaran
barang dan jasa
§
Pertukaran belum
didasari profit motive
c)
Masa kapitalis
Pada masa ini muncul kaum pemilik modal (kapitalis).
Dalam menjalankan usahanya kaum kapitalis memerlukan para pekerja (kaum buruh).
Produksi yang dilakukan oleh kaum kapitalis tidak lagi hanya sekedar memenuhi
kebutuhanya, tetapi sudah bertujuan mencari laba. Werner Sombart membagi masa
kapitalis menjadi empat masa sebagai berikut:
a.
Tingkat prakapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Kehidupan masyarakat
masih statis
2.
Bersifat kekeluargaan
3.
Bertumpu pada sektor
pertanian
4.
Bekerja untuk memenuhi
kebutuhan sendiri
5.
Hidup secara berkelompok
b.
Tingkat kapitalis
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Kehidupan masyarakat
sudah dinamis
2.
Bersifat individual
3.
Adanya pembagian
pekerjaan
4.
Terjadi pertukaran untuk
mencari keuntungan
c.
Tingkat kapitalisme raya
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu:
1.
Usahanya semata-mata
mencari keuntungan
2.
Munculnya kaum kapitalis
yang memiliki alat produksi
3.
Produksi dilakukan
secara masal dengan alat modern
4.
Perdagangan mengarah
kepada ke persaingan monopoli
5.
Dalam masyarakat
terdapat dua kelompok yaitu majikan dan buruh
d.
Tingkat kapitalisme
akhir
Masa ini memiliki beberapa ciri, yaitu :
1.
Munculnya aliran
sosialisme
2.
Adanya campur tangan
pemerintah dalam ekonomi
3.
Mengutamakan kepentingan
bersama
Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut:
1.
Masa berburu dan
pengembaraan
2.
Masa beternak dan
bertani
3.
Masa bertani dan
kerajinan
4.
Masa kerajinan,
industri, perdagangan
Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa dapat dibedakan menjadi empat tingkatan sebagai berikut:
1.
Masa rumah tangga
tertutup
2.
Rumah tangga kota
3.
Rumah tangga bangsa
4.
Rumah tangga dunia
W.W.Rostow mengungkapkan
teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of
Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi
menjadi 5 (lima) sebagai berikut:
a)
Masyarakat Tradisional (The
Traditional Society)
1.
Merupakan masyarakat
yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas.
2.
Belum ada ilmu
pengetahuan dan teknologi modern
3.
Terdapat suatu batas
tingkat output per kapita yang dapat dicapai
b)
Masyarakat pra kondisi
untuk periode lepas landas (the preconditions for take off)
1.
Merupakan tingkat
pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses transisi.
2.
Sudah mulai penerapan
ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang
pertanian maupun di bidang industri.
c)
Periode Lepas Landas (The
take off)
1.
Merupakan interval waktu
yang diperlukan untuk emndobrak penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang
berkelanjutan.
2.
Kekuatan-kekuatan yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi diperluas
3.
Tingkat investasi yang
efektif dan tingkat produksi dapat meningkat
4.
Investasi efektif serta
tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan
nasional.
5.
Industri-industri baru
berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan
cepat.
d)
Gerak Menuju Kedewasaan
(Maturity)
1.
Merupakan perkembangan
terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha
bertambah luas dengan penerapan teknologi modern.
2.
Investasi efektif serta tabungan
meningkat dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional dan
investasi ini berlangsung secara cepat.
3.
Output dapat melampaui pertamabahn jumlah
penduduk
4.
Barang-barang yang
dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri.
5.
Tingkat perekonomian menunjukkkan
kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pad masa take off dengan
penerapan teknologi modern
e)
Tingkat Konsumsi Tinggi
(high mass consumption)
1.
Sektor-sektor industri
emrupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah
produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa.
2.
Pendapatn riil per
kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat
konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan.
3.
Kesempatan kerja penuh
sehingga pendapata nasional tinggi.
4.
Pendapatan nasional yang
tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi
B. Teori
Klasik:
1. ADAM
SMITH (1723 - 1790)
Adam Smith ternyata bukan saja terkenal sebagai
pelopor pembangunan ekonomi dan kebijaksanaan laissez-faire, tetapi juga
merupakan ekonom pertama yang banyak menumpahkan perhatian kepada masalah
pertumbuhan ekonomi. Dalam
bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776)
ia mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara
sistematis.
Agar inti
dari proses pertumbuhan ekonomi menurut Smith ini mudah dipahami, kita bedakan
dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu:
a. pertumbuhan
output total
b. pertumbuhan
penduduk
(a)
Pertumbuhan
Output Total
Unsur pokok
dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu:
1.
sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi "tanah")
2.
sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)
3. stok
barang modal yang ada.
Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan
wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah
sumberdaya alam yang tersedia merupakan "batas maksimum" bagi
pertumbuhan suatu perekonomian. Maksudnya, jika sumberdaya ini belum digunakan
sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan
dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika
semua sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.
Sumberdaya
insani jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan
output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan
tenaga kerja dari suatu masyarakat.
Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi
yang secara aktif menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam
proses pertumbuhan output. Jumlah dan fingkat pertumbuhan output tergantung
pada laju pertumbuhan stok modal (sampai "batas maksimum" dari sumber
alam).
Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa
secara langsung dan talk langasung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah
karena pertambahan modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan output.
Sedangkan pengaruh talk langsung maksudnya adalah pening¬katan produktivitas
per kapita yang dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian
kerja yang lebih tinggi. Semakin besar stok modal, menurut Smith, semakin besar
kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan pembagian kerja yang pada gilirannya
akan meningkatkan produktivitas per kapita.
Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa menghasilkan
pertumbuhan output, menurut Smith, karena spesialisasi tersebut bisa
meningkatkan ketrampilan setiap pekerja dalam bidangnya dan pembagian kerja
bisa mengurangi waktu yang hilang pada saat peralihan macam pekerjaan.
Namun
demikian, sebenarnya ada 2 faktor penunjang penting dibalik proses akumulasi
modal bagi terciptanya pertumbuhan output yaitu:
1. makin
meluasnya pasar, dan
2. adanya
tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.
Menurut Smith, potensi pasar akan bisa dicapai secara
maksimal jika, dan hanya jika, setiap warga masyarakat diberi kebebasan
seluas-luasnya untuk melakukan pertukaran dan melakukan kegiatan ekonominya.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi perlu dilakukan pembenahan dan penghilangan
peraturan-peraturan, undang-undang yang menjadi penghambat kebebasan berusaha
dan kegiatan ekonomi, baik antara warga masyarakat di suatu negara maupun
antara warga masyarakat antarnegara. Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan
penganjur laissez-faire dan free trade.
Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan
yang memadai. Tingkat keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar. Jika
pasar tidak tumbuh secepat pertumbuhan modal, maka tingkat keuntungan akan segera
merosot, dan akhirnya akan mengurangi gairah para pemilik modal untuk melakukan
akumulasi modal. Menurut Adam Smith, dalam jangka panjang tingkat keuntungan
tersebut akan menurunkan dan pada akhirnya akan mencapai tingkat keuntungan
minimal pada posisi stasioner perekonomian tersebut.
(b)
Pertumbuhan
Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkatjika
tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu
tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah di atas tingkat
subsisten, maka orang-orang akan kawin pada umur muda, tingkat kematian
menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya jika tingkat upah yang
berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah penduduk akan
menurun.
Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith,
ditentukan oleh tarik-menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga
kerja. Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja
(D) tumbuh lebih cepat daripada penawaran tenaga kerja (S).
Sementara itu
permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output
masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja
ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju
pertumbuhan output.
Kritik terhadap
Teori Adam Smith
Seperti digambarkan di muka, teori Adam Smith ini
telah memberikan sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan
ekonomi terjadi dan faktor-faktor apa yang dapat menghambatnya. Namun demikian, ada beberapa kritik terhadap teori
Adam Smith antara lain:
1.
Pembagian
Kelas dalam Masyarakat
Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial
ekonomi yang berlaku di Inggris dan di beberapa negara Eropa. Teori ini
mengasumsikan adanya pembagian masyarakat secara tegas yaitu antara golongan
kapitalis (termasuk tuan tanah) dan para buruh. Padahal dalam kenyataan¬nya,
seringkali kelas menengah mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat
modern. Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peranan
kelas menengah dalam mendorong pembangunan ekonomi.
2.
Alasan
Menabung
Menurut Smith
orang yang dapat menabung adalah para kapitalis, tuan tanah, dan lintah darat.
Namun ini adalah alasan yang tidak adil, sebab tidak terpikir olehnya bahwa
sumber utama tabungan di dalam masyarakat yang maju adalah para penerima
pendapatan, dan bukan kapitalis serta tuan tanah.
3.
Asumsi
Persaingan Sempurna
Asumsi utama teori Adam Smith ini adalah persaingan
sempurna. Kebijakan pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan di
dalam perekonomian manapun. Sejumlah kendala batasan malahan dikenakan pada
sektor perorangan (misalnya larangan monopoli) dan perdagangan internasional
(misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.
4.
Pengabaian
Peranan Entrepreneur
Smith agak
mengambaikan peranan entrepreneur dalam pembangunan. Padahal para entrepreneur ini mempunyai peranan yang
sentral dalam pembangunan. Mereka inilah yang menciptakan inovasi dan pada
akhirnya menghasilkan akumulasi modal.
5.
Asumsi
Stasioner
Menurut Smith,
hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah keadaan stasioner. IN berarti
bahwa perubahan hanya terjadi di sekitar titik keseimbangan tersebut. Padahal
dalam kenyataannya proses pembangunan itu seringkali terjadi teratur dan tidak
seragam. Jadi asumsi ini tidak realistis.
2. David
Ricardo (1772 - 1823)
Garis besar proses pertumbuhan dan
kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.
Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga
menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa
bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan
suatu masyarakat.
Teori
Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang berjudul The Principles
of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun 1917.
Proses
Pertumbuhan
Sebelum
membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari Ricardo, terlebih dulu kita coba
untuk mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai berikut:
a) Jumlah
tanah terbatas.
b) Tenaga
kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah tingkat upah di
atas atau
di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah = natural wage).
c) Akumulasi
modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal berada di
atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik mereka melakukan
investasi.
d) Kemajuan
teknologi terjadi sepanjang waktu.
e) Sektor
pertanian dominan.
Dengan
terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja) akan
menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan istilah
the law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada tanah
tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah, maka penduduk
(tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan menurunkan lagi produk
marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan menekankan tingkat upah ke
bawah.
Proses yang
dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai tingkat upah
alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah alamiah, maka
jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah akan naik lagi sampai
tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk konstan. Jadi dari segi
faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu kekuatan dinamis yang selalu
menarik perekonomian ke arah tingkat upah minimum, yaitu bekerjanya the law of
diminishing returns.
Menurut Ricardo,
peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah cenderung meningkatkan
produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat bekerjanya the law of
diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat pula penurunan
tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses
pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah
proses tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara:
a) the law
of diminishing returns dan
b) kemajuan
teknologi.
Sayangnya, proses
tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of diminishing
returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah (sumbersdaya
alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh dampai batas yang
dimungkinkan oleh sumberdaya alamnya.
Apabila semua potensi sumberdaya alam telah
dieksploitir secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat
mencapai posisi stasionernya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a) tingkat
output konstan
b) jumlah
penduduk konstan
c)
pendapatan per kapita juga menjadi konstan
d) tingkat
upah pada tingkat upah alamiah (minimal)
e) tingkat
keuntungan pada tingkat yang minimal
f)
akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)
g) tingkat
sewa tanah yang maksimal.
Kritik
terhadap Teori Ricardo
1.
Pengabaian
Pengaruh Kemajuan Teknologi
Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor
industri akan mengakibatkan penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan
teknologi tersebut dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing
returns, tetapi akhirnya pengaruh kemajuan teknologi tersebut habis dan
perekonomian menuju ke arah stasioner. Kenyataannya kenaikan produksi pertanian
yang sangat pesat di negara-negara maju telah membuktikan bahwa Ricardo kurang
memperhatikan potensi kemajuan teknologi dalam menahan laju berlakunya the law
of diminishing returns dari faktor produksi tanah.
2.
Pengertian
yang Salah tentang Keadaan Stasioner
Pandangan
Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis adalah
tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan stasioner
dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi modal
terjadi.
3.
Pengabaian
Faktor-faktor Kelembagaan
Salah satu
kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan faktor-faktor
kelembagaan. Faktor-faktor ini diasumsikan secara tertentu. Meskipun demikian,
faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat
diabaikan.
4.
Teori
Ricardo bukan Teori Pertumbuhan
Menurut
Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi tetapi teori
distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan
pemilik modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat
utama, dan sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan modal. Ricardo gagal menunjukkan teori distribusi fungsional
karena ia tidak menentukan pangsa dari masing-masing faktor produksi secara
terpisah.
5.
Pengabaian
Suku Bunga
Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah
pengabaian suku bunga dalam pertumbuhan ekonomi. la tidak menganggap suku bunga
sebagai imbalan jasa yang terpisah dari modal tetapi termasuk dalam laba.
Pendapat yang salah ini berasal dari ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik
modal dari pengusaha (entrepreneur).
C. Teori
Neo Klasik (Solow-Swan)
Teori
pertumbuhan ekonomi Neo Klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini
berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut
pandangan ekonomi Klasik. Ekonomi yang menjadi perintis dalam mengembangkan
teori tersebut adalah Robert Solow (Massachussets Institute of Technology) dan
Trevor Swan (The Australian National University). Solow ini memenangkan hadiah
Nobel Ekonomi tahun 1987 atas karyanya tentang teori pertumbuhan ekonomi ini.
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung
kepada pertambahan penyediaan faktor¬faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,
dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan
kepada anggapan yang mendasari analisis Klasik, yaitu perekonomian akan tetap
mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan
modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain, sampai
di mana perekono¬mian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk,
akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi. Selanjutnya menurut teori ini, rasio
modal-output (capital-output ratio = COR) bisa berubah.
Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output
tertentu, bisa digunakanjumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga
kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan. Jika
lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak
tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya "keluwesan"
(fleksibilitas) ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang talk terbatas
dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang akan digunakan untuk
menghasilkan tingkat output tertentu.
Sifat teori pertumbuhan Neo Klasik bisa digambarkan
seperti pada Gambar dibawah ini. Fungsi produksinya ditunjukkan oleh IL, IZ,
dan seterusnya. Dalam fungsi produksi yang berbentuk demikian, suatu tingkat
output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal
dan tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar I,, kombinasi modal
dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a) K3 dengan L3, (b) K2
dengan LZ, dan (c) Ki dengan Li. Dengan demikian, walaupun jumlah modal berubah
tetapi terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan.
Di samping itu, jumlah output dapat mengalami
perubahan walaupun jumlah modal tetap. Misalnya walaupun jumlah modal tetap
sebesar K3, jumlah output dapat diperbesar menjadi IZ, jika tenaga kerja
digunakan ditambah dari L3 menjadi L3.
Teori pertumbuhan Neo Klasik ini mempunyai banyak
variasi, tetapi pada umumnya mereka dldasarkan kepada fungsi produksi yang
telah dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas yang sekarang dikenal
sebutan fungsi produksi Cobb- Douglas.
Fungsi
tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut:
di mana:
=
tingkat produksi pada tahun t
=
tingkat teknologi pada tahun t
=
jumlah stok barang modal pada tahun t
=
jumlah tenaga kerja pada tahun t
a
= pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal.
b = pertambahan output yang diciptakan oleh
pertambahan satu unit tenaga kerja.
Nilai ,, a dan b bisa
diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya nilai a dan b ditentukan
saja besarnya dengan menganggap bahwa a + b = 1, yang berarti bahwaa dan b nilainya
adalah sama dengan produksi batas dari masing- masing faktor produksi
tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan
dengan melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.
D. Teori Keynesian
(Harrod-Domar)
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh
dua ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan R. F. Harrod. Domar
mengemukakan teorinya tersebut pertama kali pada tahun 1947 dalam jurnal
American Economic Review, sedangkan Harrod telah mengemukakannya pada
tahun 1939
dalam Economic Journal. Teori ini sebenarnya dikembangkan oleh kedua ekonom
secara send iri-sendiri, tetapi karena inti teori tersebut sama, maka sekarang
ini dikenal sebagai teori Harrod-Domar.
Teori Harrod-Domar itu merupakan perluasan dari
analisis Keynes mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga
kerja. Analisis Keynes dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan
masalah-masalah ekonomi jangka panjang. Sedangkan teori Harrod¬Domar ini
menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar perekonomian bisa tumbuh dan
berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori ini berusaha
menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang
dengan mantap (steady growth).
Teori
Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi yaitu:
1) perekonomian
dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang
terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.
2) terdiri
dari 2 sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti
pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
3) besarnya
tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional,
berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
4)
kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya
tetap, demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan
rasio pertambahan modal-output (incremental capital-output ratio = ICOR). COR dan ICOR yang tetap ini bisa dilihat pada Gambar
3.2.
Dalam teori Harrod-Domar ini, fungsi produksinya
berbentuk L karena sejumlah modal hanya dapat
menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja tidak
substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q, diperlukan modal Ki dan
tenaga kerja L,, dan apabila kombinasi itu berubah maka tingkat output berubah.
Untuk output sebesar Q2, misalnya hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar
K2.
Setelah mengemukakan berbagai asumsi di atas, sekarang
kita membahas inti dari teori Harrod-Domar tersebut. Menurut Harrod-Domar,
setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan
nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang-barang modal (gedung-gedung,
peralatan, material) yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan perekonomian
tersebut, diperlukan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika
kita menganggap bahwa ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya
stok modal (K) dan output total (Y), misalnya jika 3 rupiah modal diperlukan
untuk menghasilkan (kenaikan) output total sebesar 1 rupiah, maka setiap
tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan
kenaikan output total sesuai dengan rasio modal-output tersebut.
Fungsi
Produksi Harrod - Domar
Hubungan tersebut, yang telah kita kenal dengan
istilah rasio modal-output (COR), yaitu 3 berbanding 1. Jika kita menetapkan
COR = k, rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang merupakan proporsi tetap
dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan, maka kita
bisa menyusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana seperti berikut:
1. Tabungan
(S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karenanya kita
mempunyai persamaan yang sederhana:
S = s.Y (I)
2.
Investasi (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan
dengan (K, maka
I = (K (II)
Tetapi karena stok modal (K) mempunyai hubungan
langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh COR atau k, maka
(IIa)
3.
Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I), maka
S
=
I (III)
Tetapi dari persamaan (I) di atas kita tahu bahwa S=
s.Y dan dari persamaan (II) dan (Ila) kita tahu bahwa I = (K = k.(Y. Oleh
karena itu, kita bisa menuliskan identitas dari tabungan yang sama dengan
investasi pada persamaan (Ila) itu sebagai:
S = s.Y =
k.
s.Y
= k.
dan
akhirnya kita mendapatkan:
pada
persamaan (IV) menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan
output).
Persamaan
(IV), yang merupakan persamaan Harrod-Domar yang disederhanakan, menunjukkan
bahwa tingkat pertumbuhan output ditentukan
secara bersama oleh rasio tabungan (s) can rasio modal-output (COR = k). Secara
lebih spesifik, persamaan itu menunjukkan bahwa tingka± pertumbuhan output
secara positif berhubungan dengan rasio tabungan. Makin tinggi tabungan dan diinvestasikan,
makin tinggi pula output. Sedangkan hubungan antara COR dengan
tingkat pertumbuhan output adalah negatif (makin besar COR, makin
rendah tingkat pertumbuhan output).
Logika ekonomi dari persamaan (IV) itu sangat
sederhana. Jika ingin tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan
suatu proporsi tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan
kemudian diinvestaskan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh. Tetapi
tingkat pertumbuhan ekonomi yang nyata sebenarnya tergantung pada produktivitas
dari investasi. Produktivitas investasi tersebut, yaitu berapa banyak tambahan
investasi, bisa dihitung dengan kebalikan dari rasio modal - output (COR atau
k) karena kebalikan ini (1/k) menggambarkan rasio output-modal atau rasio
output- investasi. Selanjutnya dengan mengalikan tingkat investasi baru yaitu
s= IN dengan produktivitasnya yaitu 1/k, akan menghasilkan tingkat kenaikan
output total. Karena
s=
S/Y, dan 1/k bisa dituliskan dengan 1/ ,
maka s.1/k = I/Y.
Sebagai contoh perhitungan dari tingkat pertumbuhan
ekonomi menurut Harrod-Domar ini adatah seperti di bawah ini;
Misalkan rasio modal-output (COR atau k) dari suatu
negara adalah 3 dan rasio tabungan adalah 6 persen dari output total. Dengan
menggunakan persamaan (IV) kita akan mendapatkan bahwa pertumbuhan ekonomi per
tahun negara tersebut adalah 2 persen.
= persen
Sekarang jika tingkat tabungan sebesar 15 persen, maka
pertumbuhan ekonomi negara terbentuk naik dari 2 persen menjadi 5 persen per
tahun.
= persen
Demikianlah gambaran secara ringkas teori Keynesian
yang dalam hal ini "diwakili" oleh teori Harrod-Domar.
Keterbatasan
Teori Harrod-Domar
Ada beberapa
kelemahan dari teori Harrod-Domar ini yang patut untuk dikemukakan yaitu:
1. MPS dan
ICOR Tidak Konstan
Menurut teori ini, kecenderungan untuk menabung (MPS)
dan ICOR diasumsikan konstan. Padahal kenyataannya kedua hal tersebut mungkin
sekali berubah dalam jangka panjang dan ini berarti memodifikasi persyaratan-persyaratan
pertumbuhan yang mantap yang diinginkan.
2. Proporsi
Penggunaan Tenaga Kerja dan Modal Tidak Tetap
Asumsi bahwa tenaga kerja dan modal dipergunakan dalam
proporsi yang tetap tidaklah dapat dipertahankan. Pada umumnya tenaga kerja dapat
menggantikan modal dan perekonomian dapat bergerak lebih mulus ke arah lintasan
pertumbuhan yang mantap. Dalam kenyataannya, lintasan ini tidak begitu stabil
sehingga perekonomian harus mengalami inflasi kronis atau pengangguran kronis
jika G tidak berhimpit dengan GW.
3. Harga
Tidak akan Tetap Konstan
Model Harrod-Domar ini mengabaikan perubahan-perubahan
harga pada umumnya. Padahal perubahan harga selalu terjadi di setiap waktu dan
sebaliknya dapat menstabilkan situasi yang tidak stabil.
4. Suku
Bunga Berubah
Asumsi bahwa suku bunga tidak mengalami perubahan
adalah tidak relevan dengan analisis yang bersangkutan. Suku dapat berubah dan pada akhirnya akan mempengaruhi
investasi.
F. Teori
Schumpeter
Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam
bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada tahun 1934
diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The Theory of Economic
Development. Kemudian Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang
proses pembangunan dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya
yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle.
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting, yang
merupakan landasan teori pembangunannya, adalah keyakinannya bahwa sistem
kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan
ekonomi yang.pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa
dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnasi).
Pendapat ini sama dengan pendapat kaum Klasik.
Sekarang bagaimana proses perkembangan ekonomi ?
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah
proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta
(entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan
kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total
masyarakat.
Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter
membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun
keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter,
pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan "teknologi" produksi itu sendiri.
Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa
perubahan teknologi produksi yang lama.
Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output
yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi di
sini berarti perbaikan "teknologi" dalam arti luar, misalnya penemuan
produk baru, pembukaan pasar baru, dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut
perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari
kreativitas para wiraswastanya.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan
sosial, politik, dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta.
Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas akan menimbulkan beberapa
wiraswasta perintis (pioneer) yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam
kehidupan ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah, dan
sebagainya). Mungkin tidak semua perintis tersebut akan berhasil dalam
melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut akan
menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan
menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha
yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para
inovator can sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon inovator.
Hasrat untuk berinovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan
monopolistis tersebut.
Inovasi
mempunyai 3 pengaruh yaitu:
1. diperkenalkannya
teknologi baru
2. menimbulkan
keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting
bagi akumulasi modal.
3. inovasi
akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya
pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.
Proses peniruan (imitasi) tersebut di atas pada
akhirnya akan diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru
(imitator) tersebut. Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa:
a)
menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator, dan
b) penyebaran
teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi
menjadi monopoli bagi pencetusnya.
Kesemua proses yang dijelaskan dimuka meningkatkan
output masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan
ekonomi. Dan menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang
lebih penting adalah pembangunan ekonomi tersebut.
Faktor-faktor
Penunjang Inovasi :
Schumpeter membedakan inovasi dan invensi (penemuan).
Seseorang yang menemukan msein uap bisa disebut inventor (penemu), tetapi bukan
inovator. Pengusaha yang mendirikan perusa¬haan karena api adalah inovatornya.
Dengan kata lain, inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia
ekonomi, komersial, dan kemasyarakatan. Jadi seorang inovator belum tentu
inventor, atau sebaliknya.
Menurut
Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang dimasukkan sebagai inovasi yaitu:
1.
diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.
2.
diperkenalkannya cara berproduksi baru.
3.
pembukaan daerah-daerah pasar baru.
4. penemuan
sumber-sumber bahan mentah baru.
5.
perubahan organisasi industri sehingga efisiensi industri.
Syarat-syarat
terjadinya inovasi:
a) harus
tersedia cukup calon-calon pelaku inovasi (inovator dan wiraswasta) di dalam
masyarakat.
b) harus
ada lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang bisa merangsang semangat
inovasi dan pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan inovator atau
entrepreneur adalah orang-orang yang terjun dalam dunia bisnis yang mempunyai
semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru menjadi kenyataan.
Seorang inovator atau entrepreneur biasanya berani mengambil resiko usaha,
karena memang ide-ide baru tersebut belum pernah dicoba diterapkan secara
ekonomis sebelumnya. Biasanya mereka berani mengambil resiko usaha tersebut
karena:
a) adanya
kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan keuntungan monopolistis jika usahanya
berhasil, dan
b) adanya
semangat dan keinginan pada diri mereka untuk bisa mengalahkan saingan-saingan
mereka melalui ide baru.
Jelas bahwa seorang inovator atau entrepreneur,
menurut Schumpeter, bukanlah sekadar pengusaha atau wiraswasta biasa. Hanya
mereka yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru yang bisa tersebut
entrepreneur menurut Schumpeter. Pengusaha yang hanya mengelola secara rutin
perusahaannya bukan entrepreneur tetapi hanyalah seorang manajer.
Seperti disinggung di muka, kunci dalam proses inovasi
adalah terdapatnya lingkungan yang menunjang terjadinya inovasi tersebut.
Menurut Schumpeter, sistem kapitalis dan bebas berusaha, yang didukung oleh
lembaga-lembaga sosial politik yang sesuai, merupakan lingkungan yang paling
subur bagi timbulnya inovator dan inovasi. Hanya dalam sistem inilah, menurut
dia, semangat berinovasi paling tinggi.
Selain itu,
ada 2 faktor lain yang menunjang terlaksananya inovasi yaitu:
1.
tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai.
2. adanya
sistem perkreditan yang bisa menyediakan dana bagi para entrepreneur untuk
merealisir ide-ide tersebut menjadi kenyataan.
Cadangan ide-ide baru merupakan hasil-hasil penemuan
para inovator. Cadangan yang cukup berarti adanya kelompok inovator yang cukup
di dalam masyarakat dan adanya lingkungan ilmiah yang menunjang. Di sini
peranan masyarakat ilmiah yang berkembang dan dinamis yaitu sebagai salah satu
unsur utama dari lingkungan inovasi.
Sistem perkreditan, yang menyediakan dana bagi mereka
yang tidak memiliki dana tetapi mempunyai rencana penggunaan dana, juga
merupakan faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi. Tanpa adanya sistem
kredit, hanya mereka yang mempunyai danalah yang bisa menjadi inovator. Oleh
karena itu antara penyedia dana dan calon inovator perlu kerjasama.
Runtuhnya
Kapitalisme
Berkaitan dengan sistem kapitalis Schumpeter
mengemukakan beberapa pendapat. Pertama, seperti telah disinggung
di muka, yaitu sistem kapitalis merupakan sistem yang paling cocok bagi
timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, menurut Schumpeter, bagi negara-negara sedang berkembang yang
berusaha mengejar kemajuan ekonomi (pertumbuhan output) maka sistem kapitalis
tersebut sangat sesuai untuk diterapkan.
Kedua,
Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dan sekaligus distribusi
pendapatannya akan lebih merata. Distribusi pendapatan yang semakin merata ini
disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan mengarah kepada barang-barang
yang di konsumsi oleh orang banyak sehingga barang-barang ini menjadi
berlimpah.
Yang ketiga, menurut Schumpeter bahwa dalam
jangka panjang sistem kapitalis akan "runtuh", karena adanya
transformasi gradual di dalam sistem tersebut menuju ke arah sistem yang lebih
bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu sendiri akan berubah
justru karena kesuksesannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kemakmuran.
Dengan semakin makmurnya masyarakat maka akan terjadi proses perubahan
kelambagaan dan perubahan pandangan masyarakat yang semakin jauh dari sistem
kapitalis asli. Sistem tunjangan sosial bagi penganggur dan orangtua semakin
meluas, sistem sekolah murah atau gratis semakin banyak, demikian pula sistem
asuransi, dan sebagainya.
Proses
Kemajuan Ekonomi Menurut Schumpeter Secara Skematis
E. Teori
Ketergantungan
Teori ketergantungan (dependencia) ini pertama kali
dikembangkan di Amerika Latin pada tahun 1960-an. Menurut para pengikut teori
ini, keterbelakangan (underdeveloped) negara-negara Amerika Latin terjadi pada
saat masyarakat prakapitalis tersebut "tergabung" (incorporated) ke
dalam sistem ekonomi dunia kapitalis. Dengan demikian masyarakat tersebut
kehilangan otonominya dan menjadi daerah "pinggiran" dari
daerah-daerah metropolitan yang kapitalis.
Daerah-daerah "pinggiran" ini dijadikan
daerah-daerah jajahan dari negara-negara metropolitan. Mereka hanya berfungsi
sebagai prod usen-produsen bahan mentah bagi kebutuhan industri negara-negara
metropolitan itu, dan sebaliknya merupakan konsumen barang-barang jadi yang
dihasilkan industri-industri di negara-negara metropolitan tersebut. Dengan demikian timbul struktur ketergantungan yang
merupakan rintangan yang hamper tak dapat diatasi serta merintangi pula
pembangunan yang mandiri.
Dalam Mazhab "ketergantungan" ada 2 aliran
yaitu aliran Marxis serta Neo-Marxis dan aliran non-Marxis. Aliran pertama
diwakili oleh Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Rudolfo Stavenhagen,
Vasconi, Ruy Mauro Marini, dan F.H. Cardoso. Aliran ini menggunakan kerangka
analisis dari teori Marx dan Neo-Marxis tentang imperialisme. Aliran ini tidak
membedakan secara tajam antara struktur intern dan struktur ekstern, karena
kedua struktur tersebut pada dasarnya dipandang sebagai faktor yang berasal
dari sistem kapitalis dunia itu sendiri. Struktur intern masa kini dari
daerah-daerah pinggiran tersebut memang sudah berabad-abad dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari luar sistem tersebut, sehingga seluruh struktur ini
sudah terbuka bagi faktor ekstern. Dengan kata
lain, struktur intern daerah pinggiran tersebut hanya menjadi bagian yang
tergantung dari struktur kapitalis dunia.
Selain itu, aliran Marxis dan Neo-Marxis ini mengambil
perspektif perjuangan kelas internasional antara para pemilik modal (para
kapitalis) di satu pihak dan kaun buruh (massa proletar yang besar) dilain
pihak. Untuk memperbaiki nasib dan kedudukan mereka, maka kaum proletar dunia
perlu mengambil prakarsa dengan menumbangkan kekuasaan golongan kelas
pemerintah yang hanya menjadi alat dari pusat metropolitan yang jahat. Oleh
karena itu, menurut aliran ini, resep pembangunan untuk daerah pinggiran adalah
revolusi.
Aliran kedua, yaitu aliran non-Marxis di pelopori oleh
Celso Furtado, Helio Jaguaribe, Anibal Pinto, dan
Osvaldo Sunkel. Aliran Non-Marxis ini terutama melihat masalah ketergantungan
dari perspektif nasional atau regional, yaitu kawasan Amerika Latin. Aliran ini
dengan tegas mem¬bedakan antara keadaan dalam negeri dan luar negeri. Menurut
aliran ini struktur dan kondisi intern pada umumnya dilihat sebagai faktor yang
berasal dari sistem itu sendiri, meskipun struktur intern ini di masa lampau
atau masa kini dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar negeri. Oleh karena
itu, subyek yang perlu dibangun adalah "bangsa" atau "rakyat
dalam suatu negara" atau negara-negara yang termasuk kawasan Amerika
Latin. Dalam menghadapi tantangan pembangunan maka konsep negara atau bangsa
ini perlu dijadikan landasan untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang
diperlukan untuk menentukan sikap terhadap dunia ekstern.
Meskipun mazhab ketergantungan ini mula-mula
dikembangkan di Amerika Latin, namun beberapa ekonom dan ilmuwan sosial yang
berasal dari kawasan-kawasan lain yang keadaan ekonominya masih terbelakang
telah berusaha pula untuk menerangkan keterbelakangan kawasan tersebut dengan
menggunakan kerangka analisis teori ketergantungan. Misalnya Samir Amin untuk
kawasan Afrika, Thomas Neiskopf dan Bharat Jhunjhunwala di Asia, dan Sritua
Arief dan Adi Sasono di Indonesia.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa,
menurut teori ini, tergabungnya secara paksa (forced incorporated)
daerah-daerah pinggiran ke dalam sistem ekonomi kapitalisme dunia merupakan
satu-satunya sebab dari keterbelakangan (underdeveloped) negara-negara sedang
berkembang sekarang ini. Dengan demikian implikasi dan kesimpulan tersebut
adalah bahwa tanpa kolonialisme dan integrasi ke dalam sistem ekonomi
kapitalisme dunia, negara-negara sedang berkembang sekarang ini sudah berhasil
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan sangat, mungkin sudah dapat
mengembangkan industri-industri pengolahan (manufacture) mereka atas usaha dan
kekuatan mereka sendiri.
Pada umumnya para sejarawan dan para ekonom maupun
ilmuwan sosial yang menggunakan teori ketergantungan untuk menerangkan
keterbelakangan negara-negara sedang berkembang serta menuding kolonialisme sebagai
penyebab utama dari ketergantungan tersebut, cenderung untuk mengidealkan
masyarakat-masyarakat pro-kolonial. Sering efisiensi administratif
negara-negara pra kolonial terlampau dilebih-lebihkan untuk menekankan
kemungkinan yang sebenarnya terbuka bagi negara-negara tersebut untuk mengalami
suatu transisi ke kapitalisme borjuis yang serupa yang telah terjadi di Eropa
Barat. Namun hal ini tidak terjadi di masyarakat-masyarakat kolonial karena
penetrasi dan kolonialisme Barat.
Selain
itu, teori ketergantungan pada umumnya juga mengabaikan faktor-faktor intern,
seperti struktur sosial-budaya dan pola perilaku masyarakat-masyarakat
prakolonial itu. Dengan menyalahkan kolonialisme dan neo-kolonialisme Barat
sebagai faktor utama yang bertanggung jawab atas keterbelakangan daerah-daerah
pinggiran tersebut dan atas masalah-masalah besar yang merintangi pembangunan
daerah-daerah tersebut, maka struktur sosial-budaya masyarakat-masyarakat
prakolonial ini sebagai suatu faktor penyebab penting dari keterbelakangan
mereka rupanya kurang diperhatikan oleh penganut teori ketergantungan.
3. MASALAH POKOK PEMBANGUNAN
I. Pertumbuhan ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi adalah :
1. Akumulasi modal
Akan terjadi jika ada proporsi tertentu dari
pendapatan untuk diinvestasikan guna menigkatkan output pada masa yang akan
datang. Akumulasi modal juga Akan menambah sumber daya baru atau meningkatkan
sumber daya yang telah ada.
2. Pertumbuhan penduduk
Pertumbuhan penduduk yang berlebihan (ledakan
penduduk) tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Banyaknya sumber daya
manusia berarti banyak juga yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Namun pada
kenyataannya, masih banyak pengangguran di Indonesia. Karena banyak sumber daya
manusia tersebut yang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
3.
Kemajuan
Teknologi
Kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Ada 3 macam klasifikasi kemajuan teknologi
yaitu : 1. Kemajuan Teknologi yang bersifat Netral yaitu kemajuan teknologi
yang terjadi jika tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan
kobinasi-kombinasi input yang sama. 2. Kemajuan Teknologi yang bersifat Hemat
Tenaga Kerja (Labor Saving) yaitu tingkat output yang lebih tinggi bisa dicapai
dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama. 3. Kemajuan teknologi
yang bersifat hemat modal (capital saving) yaitu teknologi yang sangat jarang
terjadi karena hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang
dilakukan di negara maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, bukan
modal. Tetapi untuk negara-negara yang mempunyai tenaga kerja yang melimpah
seperti NSB pada umumnya maka kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal
sangat dibutuhkan.
II. Distribusi
Pendapatan
8 sebab yang menyebabkan ketidakmerataan
distribusi pendapatan di NSB menurut Irma Adelman & Chynthia Taft Morris
(1973) yaitu :
1.
Pertambahan
penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunya pendapatan perkapita.
2. inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secraa proposional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. ketidakmerataan pembangunan anta daerah
4. investasi yang sangat banyak dalam proyek
–proyek yang pada modal sehingga persentase pendapatan modal dari harta
bertambah besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari
kerja, sehingga pengangguran bertambah
5. rendahnya mobilitas social
6. pelaksanaan kebijaksanaan industri
substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri
untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.
7. memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi
NSB dalam perdagangan dengan negara-negara maju sebagai akibat ketidakelastisan
permintaan negara-negara terhadap barang-barang eskpor NSB
8. hancurnya industri-industri kerajinan rakyat
seperti pertukangan , industri rumah tangga.
Distribusi Pendapatan Perorangan
Ukuran distribusi pendapatan perorangan
(personal distiribution) merupakan ukuran yang paling umum digunakan para
ekonom. Ukuran sederhana ini menunjukkan hubungan antara individu dengan
pandapatan total yang mereka terima
Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi fungsional atau distribusi
pangsa faktor produksi menjelaskan pangsa (share) pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing faktor produksi. Disamping memandang individu
sebagai kesatuan yang terpisah, teori ukuran distribusi pendapatan fungsional
tersebut menyelidiki persentase yang diterima tenaga kerja secara keseluruhan
dibandingkan dengan persentase dari pendapatan nasional yang terdiri dari sewa,
bunga dan laba.
Sayangnya, relevansi teori fungsional ini dilemahkan oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan dan pengaruh penting dari kekuatan-kekuatan ”non-pasar” seperti kekuatan untuk memnentukan harga-harga faktor produksi misalnya perjanjian bersama antara para pekerja dan kekuatan para monopolis atau tuan tanah dalam menetapkan tingkat upah.
Sayangnya, relevansi teori fungsional ini dilemahkan oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan dan pengaruh penting dari kekuatan-kekuatan ”non-pasar” seperti kekuatan untuk memnentukan harga-harga faktor produksi misalnya perjanjian bersama antara para pekerja dan kekuatan para monopolis atau tuan tanah dalam menetapkan tingkat upah.
III. Kemiskinan
Menurut para ahli (antara lain Andre Bayo Ala,
1981), kemiskinan itu bersifat multi dimensional. Artinya, karena kebutuhan
manusia itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat
dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin
akan aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta keterampilan dan
aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber keuangan dan
informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang
baik dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan
saling berkaitan, baik secara langsung mapun tidak langsung. Hal ini berarti
bahwa kemajuan dan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi
kemajuan atau kemuduran pada aspek lainnya.
1.
Penyebab
Kemiskinan
Kemiskinan dapat diamati sebagai kondisi
anggota masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena
tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi
maupun kualitas faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat
dari hasil proses pembangunan. Dengan kata lain, masalah kemiskinan ini bisa
selain ditumbulkan oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga disebabkan oleh
miskinya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakart
pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah
struktural yaitu kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena
struktur sosial masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.
2.
Ukuran
Kemiskinan
Ada 2 macam ukuran kemiskinan yang umum
digunakan yaitu :
1.
Kemiskinan
Absolut
Adalah kemiskinan yang diukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang
dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Konsep ini dimaksud untuk
menetukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. Kesulitan
utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menetukan komposisi dan tingkat
kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat
kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu negara dan bernbagai
faktor ekonomi lainnya.
United Research Institute for Social
Development (URISD) menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas 3 kelompok yaitu
:
1.Kebutuhan fisik primer yang terdiri dari
kebutuhan gizi, perumahan dan kesehatan.
2.Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang dan rekreasi serta ketenangan hidup.
2.Kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang dan rekreasi serta ketenangan hidup.
3. Kelebihan pendapatan untuk mencapai
kebutuhan lain yang lebih tinggi.
2.
Kemiskinan
Relatif
Konsep kemiskinan relatif bersifat dinamis
sehingga kemiskinan akan selalu ada. Oleh karena itu, Kincaid (1975) melihat
kemiskinan dari aspek ketimpangan sosial. Semakin besar ketimpangan antara
tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka akan semakin besar
pula jumlah penduduk yang dpaat dikategorikan selalu miskin.
3.
Indikator
Kemiskinan
Indikator kemiskinan ada bermacam-macam yakni
konsumsi beras per kapita per tahun, tingkat pendapatan, tingkat kecukupan
gizi, kebutuhan fisik minimum (KFM) dan tingkat kesejahteraan. Pada publikasi
UN (1961) yang bberjudul International Definition and Measurement of Levels of
Living : An Interim Guide disarankan 9 komponen kesejahteraan yaitu kesehatan,
konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja, perumahan, jaminan
social, sandang, rekreasi dan kebebasan.
4. NEGARA BERKEMBANG DAN FAKTOR PERTUMBUHANNYA
A.Ciri-ciri negara sedang berkembang
1. Tingkat pendapatan rendah,sekitar US$300
perkapita per tahun.
2. Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo
meter perseginya.
3. Tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan
tingkat buta aksara tinggi.
4. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian
pangan secara tak produktif, sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja
disektor industri.Produktifitas kerjanya rendah.
5. Kuantitas
sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah.Kalau mempunyai
sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan.
6. Mesin-mesin produksi serta barang-barang
kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya.
7. Sebagian besar dari mereka merupakan
negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira
satu atau dua dekade.
B.Transisi kependudukan
Yang
mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan
dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang
sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase
atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang
mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi
sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena
kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun
harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses
kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:
Tahap 1:
Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka
kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2:
Tahap
pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik
menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk
naik.
Tahap 3:
Tahap
pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita,
urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah
tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka
kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi
sudah mulai menurun;
Tahap 4:
Kemantapan
dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan
kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung
hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau
bahkan mendekati nol.
C.
Faktor penggerak pertumbuhan ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan
Dua hal
esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama
sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh
ada sumber-sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien.Yang
kedua, penawaran atau jumlah sumber-sumber atau elemen-elemen pertumbuhan
tersebut haruslah diusahakan pertambahannya.Elemen-elemen yang memacu
pertumbuhan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sumber-sumber Alam
Elemen ini
meliputi luasnya tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain.
Beberapa negara sedang berkembang sangat miskin akan sumber-sumber alam,
sedikitnya sumber-sumber alam yang dimiliki meruoakan kendala cukup serius.
Dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas serta rendahnya persediaan kapital dan
sumber tenaga manusia maka kendala sumber alam lebih serius.
2 .Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah di
bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkambang
pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah,
dan kualitas sumber-sumber daya tenaga kerja sangat rendah.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Negara-negara sedang berkembang tak mampu mengadakan investasi yang
memadai untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk
memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja.
4 .Akumulasi Kapital
Untuk
mengadakan akumulasi kapital diperlukan pengorbanan atau penyisihan konsumsi
sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat
pendapatan rendah pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan
tabungan sukar dilakukan. Akumulasi kapital tidak hanya berupa truk, pabrik
baja, plastik dan sebagainya; tetapi juga meliputi proyek-proyek infrastruktur
yang merupakan prasyarat bagi industrialisasi dan pengembangan serta pemasaran
produk-produk sektor pertanian. Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai
elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi. Usaha-usaha untuk mendorong laju
pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan memusatkan pada akumulasi kapital. Hal ini
karena, pertama, hampir semua negara-negara berkembang mengalami kelangkaan
barang-barang kapital berupa mesi-mesin dan peralatan produksi, bangunan
pabrik, fasilitas umum dan lain-lain. Kedua, penambahan dan perbaikan kualitas
barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang
bisa ditanami.
D. Peranan penting pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi
1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami
ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang
menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa
menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan
perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim
bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta
melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi
kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk
memonitori proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi
kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat
menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud
bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti
sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi,
penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program
latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada
masyarakat.
4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat
(sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan
yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena
rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat
konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias
menabung.
5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf
hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju
pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara
intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga
berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah
pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan
menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis,
dan ekonomi.
6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau
spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak
hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas
produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan
teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi
produksi tidak dapat direalisasikan.
E.Strategi pertumbuhan ekonomi
1.Industrialisasi
Versus Pembangunan Pertanian
Pembangunan
pertanian bersifat menggunakan teknologi padat tenaga kerja dan secara relatif
menggunakan sedikit kapital; meskipun dalam investasi pada pembuatan jalan,
saluran dan fasilitas pengairan, dan pengembangan teknologinya. Kenaikan
produktivitas sektor pertanian memungkinkan perekonomian dengan menggunakan
tenaga kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan yang
sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat dipindahkan ke sektor
industri tanpa menurunkan output sector pertanian. Di samping itu pembangunan
atau kenaikkan produktivitas dan output total sektor pertanian akan menaikan
pendapatan di sektor tersebut.
2.Strategi
Impor Versus Promosi Ekspor
Stategi
industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya dilakukan dengan membangun
industri yang menghasilkan barang-barang yang semula diimpor. Alternatif
kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via promosi ekspor. Kebijakan
ini menekankan pada industrialisasi pada sektor-sektor atau kegiatan produksi
da dalam negeri yang mempunyai keunggulan komparatif hingga dapat
memproduksinya dengan biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar
internasional. Strategi ini secara relatif lebih sukar dilaksanakan karena
menuntut kerja keras agar bisa bersaing di pasar internasional.
3.Perlunya
Disertivikasi
Usaha mengadakan
disertivikasi bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan gas bumi merupakan
upaya mempertahankan atau menstabilkan penerimaan devisanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar