Rabu, 25 April 2012

Sebuah Kajian Pergerakan Mahasiswa Dan Platform Gerakannya


Sebuah Kajian Pergerakan Mahasiswa Dan Platform Gerakannya


 




Oleh : *** Qoirul Anam ***
Wasekum Bidang PA (Pembinaan Anggota)
 HMI Cabang ponorogo

Prolog
Di negeri ini mahasiswa berperan penting sebagai bagian dari masyarakat yang di yakini memiliki kazanah intelektual yang notabene sarat dengan pemikiran kritis, logis dan idealis. Tetapi jika kita kaji lebih dalam mengenai hal tersebut tentunya kita sadar bahwa mahasiswa hanya sebagai bentuk kemunafikan dari elite politik di Indonesia (baca: Teori Perubahan Politik), buktinya keadaan mahasiswa hanya menjadi beban bagi masyarakat atas kurangnya kapasitas atau kompetensi sesuai yang diharapkan. Maka sebagai mahasiswa kita harus mampu dan lebih meningkatkan kompetensi kita agar terwujudnya kondisi masyarakat yang adil makmur.
Disamping itu mahasiswa merupakan sebuah entitas yang memiliki posisi yang cukup berada ditengah-tengah masyarakat. Tanpa mahasiswa apa yang akan terjadi dengan masa depan bangsa Indonesia. Mahasiswa merupakan gabungan dari dua buah kata; Maha dan Siswa. Maha artinya besar dan siswa artinya pembelajar. Dari dua buah kata itu, maka Mahasiswa adalah pembelajar yang memiliki fungsi lebih dari pada hanya belajar tetapi lebih dari itu mahasiswa memiliki fungsi-fungsi dalam masyarakat. Fungsi-fungsi mahasiswa yang membedakannya dengan Siswa (pembelajar) adalah fungsi sosial politiknya.
            Fungsi-fungsi sosial politik Mahasiswa ini diejawantahkan dalam bentuk sebuah pergerakan, yaitu pergerakan mahasiswa. Dua hal yang (seharusnya) membedakan mahasiswa dengan gerakan-gerakan sosial politik yang lain adalah intelektualitasnya dan moralitasnya.


Kondisi Gerakan Mahasiswa
Lain dengan kondisi nyata pada masa kekinian mengenai pergerakan mahasiswa, mahasiswa memiliki berbagai permasalahan yang mendasar terkait pergerakannya yang berupa disorientasi, fragmentasi, positioning, sinergitas serta pola dan strategi. Berikut rincian realitas-realitas tersebut.
1.      Disorientasi
Gerakan mahasiswa pada saat ini berada pada stagnasi gerakan. Kelompok-kelompok pergerakan mahasiswa sebelumnya memiliki tujuan (orientasi) yang sama yakni perubahan (reformasi) dan pembangunan karakter masyarakat mengenai keadilan sosial. Kedua kesadaran ini menjadikan gerakan mahasiswa sebuah historical block yang bersatu untuk melawan (counter-hegemony) penguasa pada waktu itu.
Tetapi kondisi mahasiswa sekarang ini mulai kehilangan orientasi. Transisi demokrasi yang mulai berjalan membuat gerakan mahasiswa sulit menempatkan diri. Pasca reformasi infrastruktur demokrasi sudah tertata dengan baik (meski dengan berbagai catatan). Seperti yang kita lihat, supremasi hukum diakui dalam konstitusi, penghormatan pada hak asasi manusia mulai dihargai, adanya desentralisasi dan otonomi daerah, Checks and balances lembaga Negara yang mulai berjalan sebagaimana mestinya. Semua itu sudah dapat dirasakan dalam era transisi dewasa ini. Lalu yang jadi pertanyaan selanjutnya mengenai apa yang akan diperjuangkan kembali oleh gerakan mahasiswa bila isu-isu demokrasi pada era transisi sudah diraih? 
2.      Fragmentasi
Tak dapat disangkal lagi, Ideologi selalu terkait dengan mahasiswa. mahasiswa sebagai intelektual-intelektual kampus pastilah bersinggungan dengan bermacam-macam paradigma dan ideology-ideologi tertentu dan merupakan sebuah keharusan bagi itelektual kampus untuk mempelajari berbagai macam teori dan paradigma serta ideologi. Tetapi pada saat ideology yang berada pada ranah teori berada pada ranah praksis maka muncul berbagai macam masalah. Penerapan ideology pada ranah praksis tanpa disertai penyikapan yang kritis akan membuat mahasiswa jatuh kepada kubangan egoisme dan arogansi intelektual yang merasa kelompok ideologisnya yang paling benar. Sehingga setiap kelompok mencurigai kelompok lainnya. Inilah yang sekarang terjadi pada gerakan mahasiswa.  penerapan ideology tanpa disertai penyikapanyang kritis, pada akhirnya menjadikan mahasiswa susah melakukan konsolidasi internal.
Mahasiswa sekarang ini mendefenisikan reformasi menurut mereka sendiri-sendiri. Tidak adanya platform tunggal yang dapat menjadi titik temu berbagai macam gerakan-gerakan mahasiswa turut menjadikan gerakan mahasiswa terfragmentasi menjadi kelompok-kelompok kecil.
3.      Positioning
Seiring berjalannya waktu, terjadi penguatan lembaga-lembaga non-pemerintah yang non-mahasiswa yang dahulu dibatasi. Hal ini menjadi sebuah peluang, namun sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi gerakan mahasiswa yang tidak memiliki platform yang jelas sehingga positioning-nya pun tidak jelas. Hal ini mengakibatkan gerakan mahasiswa seakan “tertinggal” dari gerakan yang lain.
4.      Sinergisitas
Karena gerakan sosial bukanlah sebuah gerakan elitis maka gerakan sosial yang ada baik gerakan-gerakan mahasiswa maupun gerakan-gerakan non-mahasiswa perlu melakukan sebuah sinergisitas dalam pergerakannya. Selama ini gerakan mahasiswa terkesan bergerak sendiri-sendiri tanpa ada keserasian dalam pergerakan. Apa yang diperjuangkan oleh sebuah gerakan mahasiswa sepertinya tidak sinergi dengan gerakan mahasiswa lainnya. Bila arogansi ideologis menyebabkan fragmentasi dalam tubuh gerakan mahasiswa. maka penyebab dari tidak sinergisnya gerakan mahasiswa adalah arogansi almamater.
Juga gerakan mahasiswa dengan gerakan non-mahasiswa selama ini terdapat kesan ingin saling mendominasi gerakan sosial di masyarakat seperti klaim dari gerakan mahasiswa bahwa merekalah yang paling berperan sebagai agent of sosial change.
5.      Pola dan strategi
Selama ini gerakan mahasiswa terjabar dalam citraan-citraan yang sudah tertanam dalam benak mahasiswa sendiri. Mahasiswa selalu dicitrakan sebagai individu-individu yang idealis. Mahasiswa juga disebut-sebut sebagai penyambung lidah rakyat, mahasiswa yang lebih baik hidup terasingkan dalam ruang kelas yang sempit dari pada menyerah pada kemunafikan.
Seharusnya jika benar-benar memahami hak-hak masyarakat yang sebenarnya, maka sudah seyogyanya kita merubah paradigma untuk pembngunan nilai sosial kemasyrakatan. Rakyat harus benar-benar menjadi target utama dalam dalam hal tersebut, bukan sebagai alasan bagi mahasiswa untuk mencarai kuntungan pribadi.

Platform Gerakan Mahasiswa
            Secara garis besar platform gerakan yang penulis tulis ini lebih merupakan sebuah bentuk transformasi dari bentuk dan pola gerakan yang selama ini dimainkan oleh Anak Gerakan (Baca : Pejuang Tanpa Akhir).

1. Transformasi Isu


 




2. Transformasi Karakter






Gerakan Sosial Berbasis Moral-Intelektual
 




 






3. Transformasi Pola dan Bentuk Gerakan











Extra Parliamentary Strategy
Saja
 


Maksimalisasi semua bentuk
kerja advokasi
 







Inklusif – Memperluas Jaringan
 


Eksklusif-Elitis
 





 





Note :
  • Perlu difahamai bahwa transformasi tidak selalu  berarti “meninggalkan” melainkan “lebih menekankan kepada” sebab dalam bebarapa hal pola-pola lama masih relevan digunakan (misalnya aksi massa dsb)
  • Untuk memtranformasikan isu kita harus mampu membaca isu yang berkembang di masyarakat, kemudian mencoba memetakan kedalam strategi terkait solusi yang akan diambil nantinya.
  • Menentukan sikap untuk menanggapi masalah yang ada dalam masyarakat, dan kalau terlalu riskan kita harus turun kejalan supaya tidak berlarut-larut dan labih mampu mengakomodir gerkan yang lebih intelektual dan bermoral.
  • Dan untuk jangka panjangnya harus mampu mengkomunikasikan kepada masrakat dan kepada pemerintah agar masalah yang terjadi dapat terselesaikan. Serta memperluas jaringan agar pergerakan semakain masif dan sinergis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar